Jakarta, Virus
HIV (Human Immunodeficiency Virus) hingga kini belum bisa diobati, penderitanya
hanya diberikan obat-obat anti-retroviral atau ARV. Orang yang berisiko terkena
HIV adalah jika sering melakukan seks tanpa pengaman dengan lebih dari satu
pasangan atau menggunakan obat-obat terlarang dengan suntikan.
"Pada tahap awal infeksi HIV, gejala yang
paling umum pun tidak ada," kata Michael Horberg, MD, direktur HIV - AIDS
di Kaiser Permanente, Oakland, California seperti yang dikutip dari Health,
Senin (31/10/2011).
Karena
gejala awalnya tidak ada, orang-orang yang berisiko tersebut kadang tidak tahu
tubuhnya sudah dimasuki virus HIV. Dalam 1 atau
2 bulan virus HIV memasuki tubuh. Sebesar 40
hingga 90 persen dari orang mengalami gejala seperti flu dapat dikenal sebagai
sindrom retroviral akut (ARS). Tetapi kadang-kadang gejala HIV tidak muncul
selama beberapa tahun bahkan beberapa dekade setelah infeksi.
Berikut adalah beberapa tanda-tanda bahwa
mungkin seseorang positif terkena HIV, antara lain:
1. Demam
Salah satu tanda-tanda pertama ARS adalah demam
ringan, sampai sekitar 39 derajat C (102 derajat F). Demam sering disertai
dengan gejala ringan lainnya, seperti kelelahan, pembengkakan pada kelenjar
getah bening, dan sakit tenggorokan.
"Pada titik ini virus bergerak ke dalam
aliran darah dan mulai mereplikasi dalam jumlah besar. Sehingga akan ada reaksi
inflamasi oleh sistem kekebalan tubuh," kata Carlos Malvestutto, MD,
instruktur penyakit menular dan imunologi dari department of medicine di NYU
School of Medicine, New York.
2. Kelelahan
Respon inflamasi yang dihasilkan oleh sistem
kekebalan tubuh juga dapat menyebabkan lelah dan lesu. Kelelahan dapat menjadi
tanda awal dan tanda lanjutan dari HIV.
3. Pegal, nyeri otot dan sendi, pembengkakan
kelenjar getah bening
ARS sering menyerupai gejala flu,
mononucleosis, infeksi virus atau yang lain, bahkan sifilis atau hepatitis. Hal
tersebut memang tidak mengherankan. Banyak gejala penyakit yang mirip bahkan
sama, termasuk nyeri pada persendian dan nyeri otot, serta pembengkakan
kelenjar getah bening.
Kelenjar getah bening merupakan bagian dari
sistem kekebalan tubuh dan cenderung akan meradang bila ada infeksi. Kelenjar
getah bening berada di pangkal paha leher ketiak, dan lain-lain.
4. Sakit tenggorokan dan sakit kepala
"Seperti gejala penyakit lain, sakit
tenggorokan, dan sakit kepala sering dapat merupakan ARS," kata Dr.
Horberg. Jika memiliki risiko tinggi HIV, maka melakukan tes HIV adalah ide
yang baik. Karena HIV paling menular pada tahap awal.
5. Ruam kulit
Ruam kulit dapat terjadi lebih awal atau
terlambat dalam perkembangan HIV/AIDS.
6. Mual, muntah dan diare
Sekitar 30 hingga 60 persen dari orang dengan
HIV memiliki gejala jangka pendek seperti mual, muntah, atau diare pada tahap
awal HIV, kata Dr. Malvestutto. Gejala tersebut juga dapat muncul sebagai
akibat dari terapi antiretroviral, biasanya sebagai akibat dari infeksi
oportunistik.
"Diare yang tak henti-hentinya dan tidak
merespon obat mungkin merupakan indikasi. Atau gejala dapat disebabkan oleh
organisme yang biasanya tidak terlihat pada orang dengan sistem kekebalan tubuh
yang baik," kata Dr. Horberg.
7. Penurunan berat badan
"Jika penderita HIV sudah kehilangan berat
badan, berarti sistem kekebalan tubuh biasanya sedang menurun," kata Dr.
Malvestutto.
8. Batuk kering
Batuk kering dapat merupakan tanda pertama
seseorang terkena infeksi HIV. Batuk tersebut dapat berlangsung selama 1 tahun
dan terus semakin parah.
9. Pneumonia
Batuk dan penurunan berat badan juga mungkin
pertanda infeksi serius yang disebabkan oleh kuman yang tidak akan mengganggu
jika sistem kekebalan tubuh bekerja dengan baik. "Ada banyak infeksi
oportunistik yang berbeda dan masing-masing dapat datang dengan waktu yang
berbeda," kata Dr. Malvestutto.
Pneumonia merupakan salah satu infeksi
oportunistik, sedangkan yang lainnya termasuk toksoplasmosis, infeksi parasit
yang mempengaruhi otak, cytomegalovirus, dan infeksi jamur di rongga
mulut.
10. Keringat malam
Sekitar setengah dari orang yang terinfeksi HIV
akan berkeringat di malam hari selama tahap awal infeksi HIV, kata Dr.
Malvestutto. Keringat malam terjadi bahkan saat tidak sedang melakukan
aktivitas fisik apapun.
11. Perubahan pada kuku
Tanda lain dari infeksi HIV akhir adalah
perubahan kuku, seperti membelah, penebalan dan kuku yang melengkung, atau
perubahan warna (hitam atau coklat berupa garis vertikal maupun horizontal).
Seringkali hal tersebut disebabkan infeksi jamur, seperti kandida.
"Pasien dengan sistem kekebalan yang
menurun akan lebih rentan terhadap infeksi jamur," kata Dr.
Malvestutto.
12. Infeksi Jamur
Infeksi jamur yang umum pada tahap lanjut
adalah thrush, infeksi mulut yang disebabkan oleh Candida, yang merupakan suatu
jenis jamur. "Candida merupakan jamur yang sangat umum dan salah satu yang
menyebabkan infeksi jamur pada wanita.
"Candida cenderung muncul di rongga mulut
atau kerongkongan, sehingga akan sulit untuk menelan," kata Dr.
Malvestutto.
13. Kebingungan atau kesulitan
berkonsentrasi
Masalah kognitif dapat menjadi tanda demensia
terkait HIV, yang biasanya terjadi lambat dalam perjalanan penyakit. Selain
kebingungan dan kesulitan berkonsentrasi, demensia terkait AIDS mungkin juga
melibatkan masalah memori dan masalah perilaku seperti marah atau mudah
tersinggung.
Bahkan mungkin termasuk perubahan motorik
seperti, menjadi ceroboh, kurangnya koordinasi, dan masalah dengan tugas yang
membutuhkan keterampilan motorik halus seperti menulis dengan tangan.
14. Herpes mulut dan herpes kelamin
Cold sores (herpes mulut) dan herpes kelamin
(herpes genital) dapat menjadi tanda dari ARS dan stadium infeksi HIV. Herpes
tersebut juga dapat menjadi faktor risiko untuk tertular HIV.
Karena herpes kelamin dapat menyebabkan borok
yang memudahkan virus HIV masuk ke dalam tubuh selama hubungan seksual.
Orang-orang yang terinfeksi HIV juga cenderung memiliki risiko tinggi terkena
herpes karena HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh.
15. Kesemutan dan kelemahan
Akhir HIV juga dapat menyebabkan mati rasa dan
kesemutan di tangan dan kaki. Hal ini disebut neuropati perifer, yang juga
terjadi pada orang dengan diabetes yang tidak terkontrol. "Hal tersebut
menunjukkan kerusakan pada saraf," kata Dr. Malvestutto.
Gejala tersebut dapat diobati dengan obat-obatan
penghilang rasa sakit yang dijual bebas dan antikejang seperti
gabapentin.
16. Ketidakteraturan menstruasi
Infeksi HIV tahap lanjut tampaknya dapat
meningkatkan risiko mengalami ketidakteraturan menstruasi, seperti periode yang
lebih sedikit dan lebih jarang. Perubahan tersebut mungkin lebih berkaitan
dengan penurunan berat badan dan kesehatan yang buruk dari wanita dengan tahap
akhir infeksi HIV.
Infeksi HIV juga telah dikaitkan dengan usia
menopause yang lebih dini, yaitu sekitar 47-48 tahun bagi perempuan yang
terinfeksi HIV dibandingkan dengan perempuan yang tidak terinfeksi sekitar usia
49-51 tahun.
Source :
http://health.detik.com
(ir/ir)